Saturday, December 29, 2007

Gelora Patriotisme Leo Kristi


HINGGA saat ini Leo Imam Sukarno atau yang lebih dikenal dengan nama Leo Kristi masih menjadi penyanyi balada terdepan di Indonesia. Pendiri Lemontres bersama almarhum Gombloh ini kembali unjuk gigi dengan menggelar konser di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 5-6 Mei. Penyanyi kelahiran Surabaya, 8 Agustus 1949 ini membius ratusan penonton yang didominasi kaum paruh baya untuk bertahan lebih dari empat jam di tempat pertunjukan.
Leo mendendangkan tembang-tembang legendarisnya yang terangkum dalam album Nyanyian Fajar (1975), Nyanyian Malam (1976), Nyanyian Tanah Merdeka (1977), Nyanyian Cinta (1978), Lintasan Biru Emas dan Potret Kecil Citra Negeriku (1984), serta Biru Emas Bintang Tani (1985).
Konser yang digagas Dewan Kesenian Jakarta ini mendapat sambutan yang sangat antusias oleh pencinta musik generasi 70-an. Saking gayengnya pertunjukan ini tak ubahnya sebuah konser reuni. Betapa tidak, hampir semua lagu balada, folk, folk rock, country rock, hingga pop yang dilantunkan jebolan Institut Teknologi Surabaya ini ikut dinyanyikan penonton.
Ketika tembang seperti "Kaki Langit", "Pohon Tua Ranting Perang", "Tanah Memerah in Memoriam", "Kereta Laju", "Dirgahayu", "Ana Rebana", "Di Sepanjang Rel-rel", dan "Kiara Condong" dinyanyikan, arena pertunjukan pun bergema. Leo Kristi berhasil menggelorakan semangat patriotisme penonton.
Demikian pula ketika tembang "Laga Lugu Suara Nelayan" dinyanyikannya. "Lihat-lihat nelayan, umpan jala pukat, laju-lajulah ombak, ikan sudah dekat/ Buih-buih memercik di kiri kanan, buih-buih memercik di kiri-kanan, perahu Jauh di kaki langit, terbentang layarku, kadang naik kadang lurus dipermainkan oleh ombak/ Badai laut biru."
Kegembiraan yang dihadirkan oleh Leo Kristi dengan gitar bolong dipangkuannya memang melenakan, sekaligus mengharukan. Musikus balada lainnya seperti Franky Sahilatua, Iwan Fals dan Doel Sumbang telah dengan sadar berdamai dengan pasar sehingga secara finansial lebih dari berkecukupan.
Leo Kristi tetap setia dengan jalurnya, menggelandang dan bersentuhan langsung dengan kehidupan rakyat jelata dalam proses kreatif penciptaannya. Maka, dengan lagu balada yang sarat dengan lirik patriotisme dan cinta, ia tetap menggelorakan semangat juang. (Benny Benke-43)
Source : Suara Merdeka

No comments: